Laporan Hasil Observasi ke T.B. Silalahi Center, Tugas B.Indo X PMIA 4
Senjata Tradisional Batak Toba di
Museum T.B. Silalahi
Senjata perang merupakan perlengkapan
untuk mempertahankan diri dari musuh yang berada di sekeliling kita. Senjata
perang memiliki beragam bentuk. Di setiap daerah, senjata perang memiliki corak
yang berbeda-beda berdasarkan daerah asal dan kegunaannya. Pada masa lampau,
senjata berbentuk benda tajam seperti pedang ataupun parang. Kini, senjata dapat
berupa senjata api hingga bom yang dapat menyebabkan kematian banyak orang
dalam sekali pemakaian saja.
Senjata tradisional adalah senjata
yang dipakai oleh orang zaman dahulu untuk berperang ataupun melindungi diri.
Senjata tradisional berbeda-beda dalam setiap daerah dan memiliki keunikan
masing-masing.
Senjata tradisional Batak Toba
dipakai oleh pria Batak sebagai alat mempertahankan diri dari serangan musuh,
hewan lain, ataupun untuk berburu. Dalam tradisi Batak Toba, senjata juga
berperan sebagai penanda keturunan serta status sosial pemiliknya. Senjata
dihiasi dengan ornamen-ornamen yang memiliki makna tertentu.
Jenis-jenis senjata tradisional Batak
Toba adalah hujur atau tombak, podang atau pedang, piso halasan, sior atau
panah, ultop atau sumpit, dan bodil atau senapan. Bodil diperkenalkan pada abad ke-19 oleh bangsa barat. Pada saat
itu, bodil atau senapan lebih banyak
dipakai oleh bangsa Batak, maka pemakaian sior
dan ultop nyaris punah. Bodil merupakan senjata yang terbuat
dari logam, tempat pelurunya adalah tempat peluru peranak bodilan perpanggalahan (tanduk kerbau) yang diukir halus
dengan motif singa, boraspati
(cicak), dan burung. Penggantung rantai kuningan juga terdapat di dalamnya.
Tempat mesiu disebut dengan labu aek
yang dililit anyaman rotan terlebih dahulu lalu diukur. Terdapat beberapa
bentuk dan motif bodil. Hal itu
disebabkan oleh aktivitas perdagangan dan karena adanya pertukaran budaya yang
dinamis di masa lampau.
Ada juga jenis senjata tradisional
Batak Toba yang lain, yaitu yang menggunakan bubuk racun. Saung adalah tempat penyimpanan bubuk racun yang dibuat oleh Datu Bolon dari sisa tubuh anak-anak
yang dikorbankan. Datu Bolon adalah
orang yang dipercayai oleh masyarakat Batak untuk menjabat sebagai pempimpin
desa. Saung juga dapat menjadi media
untuk menakut-nakuti musuh. Sebelum abad ke-19, tanah Batak juga dikenal dengan
senjata tradisionalnya yang cukup menakutkan.
Senjata yang dipakai oleh pria Batak
dimantrai dan diberi racun oleh para datu
yang dianggap sakti. Gagang pedang raja dibuat dari gading berukuran indah,
untuk menunjukkan kebesaran raja. Sama seperti pedang, keris juga dipakai raja
menjadi tanda kebesarannya. Pegangan peluru disebut paruh-paruh. Pada paruh-paruh,
diukir sosok leluhur orang Batak. Nenek moyang diharapkan membantu prajurit
dengan memberikan keberanian dan dukungan dalam menghadapi musuh. Paruh-paruh
berbentuk seperti pisau dengan penutup.
Ada juga rantai-rantai atau sangka yang terbuat dari tanduk kerbau
atau terompet aek yang berguna untuk
memanggil para pejuang Batak untuk siap berperang pada zaman dahulu.
Rantai-rantai atau sangka juga
berguna untuk memanggil masyarakat desa ketika ada rapat penting yang diadakan
di balai desa.
Alasan mengapa pada peralatan suku
Batak biasanya terdapat corak cicak adalah karena cicak bisa hidup dimana saja.
Ini berkaitan dengan jiwa para pemuda Batak yang merantau yang bisa hidup
dimana saja. Ada berbagai macam bentuk senjata perang Batak Toba. Ada yang
berbentuk kepala manusia pada pegangannya. Ada juga yang berbentuk kepala yang
bercabang tiga.
Berdasarkan ukurannya, pedang dan
parang dapat digolongkan menjadi 3, yaitu pedang dengan ukuran panjang, sedang,
dan pendek. Pedang-pedang ini sangatlah tajam. Biasanya digunakan oleh
masyarakat Batak untuk berperang. Namun, saat ini hanya digunakan sebagai
perhiasan. Terdapat tiga macam tombak di Museum T.B. Silalahi Center. Dua tombak memiliki penampilan
yang hampir sama. Tetapi, satu jenis tombak lainnya sebagian terbuat dari besi
dan terdapat rambut pada ujungnya. Rambut itu terlihat seperti rambut asli
manusia.
Di Museum T.B Silalahi Center, juga terdapat foto-foto dari
masyarakat suku Batak. Ada yang sedang memegang bodil dan ada yang sedang memegang parang. Pada zaman dahulu
senjata ini memang dipergunakan sebagai alat perang. Tetapi, karena peperangan
semakin berkurang, maka senjata ini hanya dipergunakan sebagai alat untuk
berburu hewan. Senjata-senjata tradisional Batak dianggap sebagai warisan dari
para leluhur masyarakat Batak.
Karya : Richard
Gabriel Christopher Siburian
Penyunting : Inditha
Roulina Silalahi
Komentar
Posting Komentar